12 August 2004

Anagram

Adalah keahlian untuk mengotak-atik huruf-huruf dalam satu kata atau kalimat sehingga menghasilkan satu kata atau kalimat baru. Misalnya, kata kasur dapat diolah menjadi rusak. Anagram jadi salah satu kunci yang membuat novel Da Vince Code jadi menarik.

Anagram sendiri katanya datang dari Yunani jaman dulu. Kata anagram sendiri asalnya dari kata Ars Magna, bahasa latin untuk Great Art. Keahlian ini kemudian turun temurun di Eropa, khususnya Spanyol dan Perancis, sebagai sebuah cara menyampaikan informasi rahasia.

Yang ingin saya tekan di sini adalah penggunaan anagram untuk mengenali keadaan kita. Dulu para mahasiswa di tahun 98-an, mengusung Reformasi. Menurut saya, secara praktis reformasi mirip dengan anagram. Maksudnya begini, reformasi terdiri dari kata re dan formasi. Re gampangnya adalah 'lagi', formasi adalah penataan. Reformasi jadi menata lagi. Apa yang ditata? Ya, yang saat itu ada.

Zaman itu ada Golkar, tentara, KKN, rakyat tertindas, DPR impoten. Apabila di reformasi, ya tetap jadi begitu. Mau bukti, ya lihat saja keadaan saat ini. Kesemuanya masih ada. Memang ada tambahan, tetapi tak memberi efek, tuh...

Nah, apabila teknik anagram diterapkan ke keadaan sekeliling kita, sepertinya anagram akan menemui kegagalannya yang pertama. Saat ini ada Megawati, Akbar Tanjung, SBY, Gus Dur, Amin Rais, Islam, Kristen, infiltrasi Asing, Angkatan Darat, Korupsi, Perusakan Alam, Harga BBM, Sembako, Mahal, Kaya, Miskin, dstnya. Nah apabila keseluruhannya disusun jadi satu kata, maka hanya ada satu makna yang tercipta, yakni Payah! Apabila diotak-atik gatuk, a-ha, ternyata orang Jawa juga punya keqhlian beranagram lewat otak-atik-gatuk itu ya...., tetap saja akan menghasilkan makna Payah.

Akhirnya, memang tak ada yang dapat diharapkan dari apa yang kita miliki saat ini.
Payah!!!!

No comments: