29 May 2006

Gempa yogya

Tulisan ini mungkin agak basi, telat dan latah... tapi biar saja. Ada yang sangat menyebalkan di gempa yogya ini.

Gila nggak, setelah beberapa hari gempa yang terjadi di JAWA, di mana transportasinya terbilang lebih mudah ketimbang daerah-daerah terpencil......... korban gempa masih menderita!

Dan fasilitas kesehatan yang ada di JAWA juga terbilang buruk dan gak mampu!

Bahkan bantuan yang dikirim ke sana saja tak secepat dan sebanyak yang diperlukan!

Sepertinya, orang Indonesia sudah tak tertarik lagi dengan gempa yang cuma beberapa richter itu dan tidak mengakibatkan efek sedahsyat tsunami di Aceh sana. Gempa yogya masih di bawah benchmark!!!

Kacau banget Indonesia......

saya sampai gak tahu mau nulis apa!

Gila, padahal cuma di Yogya!

12 May 2006

Naik kereta api


Belum lama berselang, saya naik kereta api lagi setelah lama tak menggunakan jasanya. Kesan yang timbul. Pertama, tentang stasiun Gambir. Semenjak awal Gambir direnovasi saya tak habis mengerti mengapa bentuknya harus begitu, selain memindahkan rel di atas, tak ada yang sangat menakjubkan. Saya tak mengerti bagaimana perancangnya mengakomodasi perilaku berkereta api di Indonesia. Ada pintu masuk yang selalu tertutup. Wah, saya ndak tahu harus bilang apa, tetapi Gambir bukan cerminan karya arsitektur yang bisa dinilai karena berfungsi sangat baik dan memudahkan... maaf nih para arsitek.

Sekarang ke penjualan tiket. Petunjuk tak jelas. Orang pertama yang datang ke Gambir pasti akan bertanya kemana harus beli tiket kereta jurusan mana. Untungnya tak terlalu merepotkan jika membeli tiket untuk keberangkatan hari itu dan bukan hari libur. Tapi kalau sudah libur, apalagi yang panjang, jangan harap beli tiket adalah kemudahan. Calo ada saja walau sudah di-omongin berkali-kali bakal dibrantas.

Ada lagi tentang tiket. Harganya euy...audzibillah mahalnya. Makin terasa mahal jika melihat pelayanan perusahaan kereta api kita ini.

Sekarang naik ke kereta apinya. Walah... jelek bener sekarang, padahal katanya kereta eksekutif. AC-nya memang dingin, hanya tempat duduknya sudah tak nyaman. Dan terasa makin tak nyaman saat dilayani para petugas kereta api.

Dari harga tiket eksekutif, tiap penumpang mendapat jatah makan. Tapi apa mau dikata, si petugas restorasi bukannya memberikan segera setelah kereta bergerak, tetapi dia malah berjualan dulu. Mending dengan menawarkan. Ini tidak, langsung aja dikasihkan begitu saja. Penumpang awam kan akan menganggapnya itu gratisan. Sudah itu, mereka menagih pembayaran dengan tanpa rasa malu. Itu memang bayar mas.... Nah setelah terbayar, barulah dikasih yang jatah gratisan itu. Ini diberikan dua jam setelah kereta berangkat dari Gambir. Ini bentuk penipuan. Kalau memang restorasi tak banyak yang beli, kenapa harus ada gerbong itu.

Nah di atas kereta api yang kebetulan kosong ada petugas kebersihan KA yang sedang malakukan tawar menawar dengan penumpang yang tak punya karcis. Harga resminya hampir 200 ribu, ditawar jadi 70 ribu dan berhasil. Si penumpang ini juga mendapat fasiitas yang diterima penumpang yang membayar full. Dan ... sekali lagi, tak ada satupun petugas KA yang malu tuh...

Nah sewaktu kembali, saya naik kereta yang lebih murah, kelas bisnis. Wah tak usah dibahas kereta apinya kayak apa. Karena mengantuk, saya sewa bantal. Semuanya tak jadi masalah sampai ketika kereta hampir masuk jatinegara. Dan itu masih ada 30 menit. Petugas dengan kasarnya membangunkan saya meminta bantalnya kembali. Saya sebal dan menolak, tetapi apa katanya, "Nanti saya kerja dua kali". Dalam hati, 'lah, itu kan memang tugas elu." Sebenarnya tak masalah bantal diminta, hanya caranya saja yang tak pantas.

Satu hal lagi yang dari dulu saya pingin tanyakan kepada KA adalah mengenai jadwal kereta api. Well, semua orang tahu, jika KA api telat itu sudah biasa. Dulu bahkan saya pernah terkejut saat KA tepat waktu. Tumben. Mengenai hal ini, di tiket KA kan biasanya mencantumkan kapan kereta berangkat dan tiba hingga ke menitnya. Jadi misalnya. Berangkat pkl 20.00 tiba pukul. 00.53. Gila, seolah-olah KA sangat peduli dengan waktu hingga ke menit-menitnya. Ya mbok yao... kalau telat melulu, kasih aja ukurannya yang masuk akal. Berangkat jam 20.00, tiba pukul 01.00 kan lebih enak. Tetapi jadwal kereta api, boleh diakui makin tepat waktu.

Hanya yang paling menyeballkan adalah orang-orangnya.... semuanya dari petugas di stasiun hingga yang bertugas di kereta api.... tak ada kesadaran melayani, layaknya petugas PLN, Telkom atau BUMN lain.

Payah.