04 October 2005

Apalagi?

Dari sudut pandang orang Indonesia yang sangat normal, bom yang meledak di Bali sungguh tidak dapat dicerna. Sehari sebelumnya, seluruh orang Indonesia bertempur dengan logika mereka sendiri memikirkan bagaimana caranya menjalani hidup ditengah kenaikan harga-harga barang-barang kebutuhan sehari-hari menyusul kenaikan bahan bakar minyak yang teramat drastis. Lalu bom meledak di Bali lagi. Orang Indonesia harus bereaksi seperti apa?

Marah? Kepada siapa? Jengkel? Kepada siapa? Balas dendam? Kepada siapa? Perasaan ini harus ditujukan kepada siapa? Oalah, nelangsa benar jadi orang Indonesia, mau menumpahkan perasaan saja tidak bisa.

Apakah ini pengalih-perhatian? Sebuah trik lama yang biasa digunakan oleh Orde Baru untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang substansial. Memang benar, berita tentang kenaikan BBM langsung berkurang drastis sewaktu bom Bali meledak.

Ada yang berspekulasi ini ulah negara lain yang tengah getol-getolnya mempromosikan pariwisatanya. Dan ternyata tokoh pembom yang dicari-cari itu orang dari negara itu juga.

Jadi dapat disimpulkan: itu kerjaan pemerintah kita sendiri dan kerjaan pemerintah negara lain.

Tapi sesungguhnya itu tidak menarik sama sekali. Ada yang lebih penting: bagaimana caranya memperoleh tambahan penghasilan untuk hidup sehari-hari. Tidak lebih tidak kurang.

Saya benar-benar kehilangan kata-kata karena otak saya juga tidak sedang bisa menyimpulkan.

Malang nian nasib awak....