28 July 2008

PEMBUNUHAN OLEH MEDIA

Media punya isu bagus sepekan terakhir. Bukan politik, bukan pula skandal artis, tetapi pembunuhan. Biasanya berita macam ini tampil di koran-koran yang disajikan untuk kelas menengah bawah, sekarang bahkan media kuat, ikut memanfaatkan isu ini jadi penglaris jualan.

Memang pembunuhan kali ini sangat khas. Dalam pemasaran produk, pembunuhan kali ini baru, beda, dan segar. Baru karena pembunuhnya satu, korbannya banyak - serial killer lah istilahnya. Bedanya karena pembunuhnya adalah laki-laki kemayu yang membunuh karena cemburu pacar prianya digoda. Segar karena kedua hal tadi hadir di tengah situasi kondisi masyarakat yang lagi megap-megap membeli barang kebutuhan pokok yang naik terus.

Setelah isu KPK yang menangkap koruptor kelas kakap, katanya, maka pembunuhan berantai oleh gay adalah daya tarik berkekuatan besar. Well, setidaknya bisa dibikin besar oleh media. Beberapa hari sebelum peristiwa ini sebenarnya ada hukuman mati bagi beberapa tersangka pembunuhan yang rada mirip dengan pembunuhan kali ini. Dan saat berita pembunuhan ini ramai, ada pula pembunuhan kategori sadis lain yang ketahuan - judulnya mayat dalam koper.

Singkat kata, dua pekan terakhir dan mungkin sampai beberapa pekan ke depan, masyarakat Indonesia akan terus dijejali dengan pembunuhan oleh media massa. Publik jadi lupa jika harga beras terus naik, minyak tanah susah, tabung LPG meledak, kekeringan, gagal panen, dan persoalan lain yang tiap hari dihadapinya. Media massa seperti bersepakat mengalihkan penderitaan banyak orang Indonesia menjadi bebannya si pembunuh seorang.

Sepertinya, apapun boleh dilakukan penguasa untuk membuat masyarakat lupa kalau mereka punya problem. Saya sih mengira-ngira, Liga Inggris yang tadinya dimonopoli stasiun TV berbayar akan dibebaskan lagi supaya masyarakat terus lupa kalau mereka punya masalah.

Kalau soal Liga Inggris itu, saya juga suka dan mungkin juga lupa dengan masalah saya.