Golput. Golongan Putih. Sebutan ini merupakan respon
terhadap ketidaksukaan terhadap tiga partai politik Orde Baru: Golongan Karya,
PPP dan PDI. Kenapa label golput yang lebih mengenai hati masyarakat? Bisa
jadi, ketidaksukaan masyarakat lebih tertuju kepada Golkar yang pada waktu
adalah pendukung Pemerintahan.
Golput secara praktis adalah tindakan anggota masyarakat
yang memilih untuk tidak berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. Mereka tidak
peduli dengan surat undangan untuk memilihi. Sehingga, suara mereka terbuang.
Seiring waktu, terutama dengan kemunculan banyak partai
baru, golput menjadi satu gerakan diam masyarakat. Dari beberapa kali Pemilu
pasca Soeharto, jumlah orang yang tidak ikut memilih bahkan lebih besar
daripada para pemilih partai-partai gurem.
Buat saya, golput tidak mewakili keterlibatan politik. Saya
dengan sadar meluangkan waktu untuk datang ke bilik suara dan menggunakan suara
saya. Hanya saja selama ini yang saya lakukan adalah memilih lebih dari satu
orang. Sikap saya dalam kategori plebisit adalah abstain. Dalam bahasa pemilu
kita, kartu saya dianggap sebagai suara yang rusak.
Dan saya yakin ada banyak orang yang abstain juga. Bukan
golput.
Oleh itu saya pikir perlu melakukan sosialisasi bahwa
menjadi abstain adalah juga pilihan yang sah. Dan dampak dari itu adalah
sebutan “abstain” bukan suara yang rusak.