12 July 2012

Golput vs Abstain


Golput. Golongan Putih. Sebutan ini merupakan respon terhadap ketidaksukaan terhadap tiga partai politik Orde Baru: Golongan Karya, PPP dan PDI. Kenapa label golput yang lebih mengenai hati masyarakat? Bisa jadi, ketidaksukaan masyarakat lebih tertuju kepada Golkar yang pada waktu adalah pendukung Pemerintahan.

Golput secara praktis adalah tindakan anggota masyarakat yang memilih untuk tidak berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. Mereka tidak peduli dengan surat undangan untuk memilihi. Sehingga, suara mereka terbuang.

Seiring waktu, terutama dengan kemunculan banyak partai baru, golput menjadi satu gerakan diam masyarakat. Dari beberapa kali Pemilu pasca Soeharto, jumlah orang yang tidak ikut memilih bahkan lebih besar daripada para pemilih partai-partai gurem.

Buat saya, golput tidak mewakili keterlibatan politik. Saya dengan sadar meluangkan waktu untuk datang ke bilik suara dan menggunakan suara saya. Hanya saja selama ini yang saya lakukan adalah memilih lebih dari satu orang. Sikap saya dalam kategori plebisit adalah abstain. Dalam bahasa pemilu kita, kartu saya dianggap sebagai suara yang rusak.

Dan saya yakin ada banyak orang yang abstain juga. Bukan golput.


Oleh itu saya pikir perlu melakukan sosialisasi bahwa menjadi abstain adalah juga pilihan yang sah. Dan dampak dari itu adalah sebutan “abstain” bukan suara yang rusak.