04 August 2004

Sumatra Barat

Setiap kali saya menyebut propinsi ini saya langsung teringat pada kejeniusan orang-orang sebagaimana dikisahkan dalam pertandingan adu kerbau melawan orang Jawa. Juga selalu mengidentikan dengan tokoh-tokoh cerdik pandai yang berjuang di masa penjajahan Belanda. Apabila didaftar, mungkin Sumatra Barat memiliki orang-orang berpengaruh paling banyak di jajaran petinggi negara.

Sumatra Barat juga adalah identik dengan agama Islam. Mereka adalah salah satu pemangku ajaran Islam paling ketat dan cerdas. Segala urusan sosial diberi nilai keislaman. Tapi itu dulu....

Sekarang, anggota DPRD Sumatra Barat dan Kota Padang adalah tersangka penggelapan uang negara. Ini adalah bukti bawah orang Sumatra Barat sekarang (mohon maaf bagi orang yang berentnis Sumatra Barat) tidak secerdas nenek moyang mereka, dan juga tak setaat para pemuka agama mereka. Mereka telah mengabaikan pentingnya belajar dan bermanfaatnya taat beragama.

Kasus terakhir adalah pengusiran penghuni panti Dhuafa. Ceritanya adalah ada sekelompok orang yang merelakan diri mengasush para anak orang miskin. Ketika bertambang banyak, mereka meminta izin untuk menggunakan sebuah bangunan milik pemerintah provinsi setempat untuk digunakan sebagai tempat tinggal dan belajar. Pemprov mengizinkan asalkan apabila pemprov memerlukan bangunan tersebut, maka pengasuh panti Dhuafa itu harus mengembalikannya.

Beberapa waktu lalu pemprov memerlukan gedung itu, entah untuk keperluan apa, dan meminta pengasuh panti mengosongkan panti itu. Sampai waktu yang ditentukan, pengasuh tak dapat mencari tempat lain sehingga memaksa para penghuni panti tetap tinggal di gedung tadi. Mengetahui ini, pemprov mengirim Satuan Polisi Pamong Praja mengosongkan gedung. Caranya, ya.... agak tidak beradab lah... Bahkan mereka terlibat lempar batu dengan para siswa yang tak bisa masuk gedung untuk bersekolah. Ini adalah ironi...... apalagi terjadi di Sumatra Barat saat ini.

Secara hukum, pemprov benar dan pengasuh panti salah. Secara adat, pemprov yang salah. Sayangnya adat yang mengatur hal ini sepertinya tak berjalan lagi, atau, semoga saja, belum berjalan lagi. Yang terjadi adalah keanehan. Sesuatu yang kontradiktif dengan sejarah Sumatra Barat yang cendekia dan beragama Islam dengan baik.

Sebenarnya, yang benar itu yang mana sih....... saya bingung!

No comments: