08 March 2007

tanda

jika bawa mobil atau motor dan ingin berbelok, seharusnya menyalakan lampu sein (benar tak sih tulisannya), itu loh lampu warna kuning yang berkedip-kedip, ke arah yang kita inginkan. Ini dimaksudkan untuk tidak membahayakan diri sendiri dan tentu saja orang lain. Lampu sein adalah tanda yang resiprokal - timbal balik dalam proses pemaknaannya.

saya bawa mobil dan berusaha tidak lupa menyalakan lampu sein apabila ingin berbelok. cuma beberapa kali, lampu sein saya diabaikan oleh pengendara lain, khususnya motor. jadi biar sein kanan menyala, tetap saja ada yang menyalip. pernah saya mengeluarkan tangan saya untuk menegaskan bahwa lampu sein itu saya nyalakan dengan sengaja dan maksudnya pun serius. dan setelah itu, baru deh pengemudi lain percaya kalau saya mau berbelok. fisik, dalam hal ini, masih sangat berperan dalam membantu kita menyatakan keinginan kita.

lampu sein hingga saat ini sih sepertinya hiasan saja, banyak pengemudi yang tidak memfungsikannya. kalaupun dinyalakan, itu baru terjadi hanya beberapa meter dari arah belokan, bahkan sudah berhenti. ini sering dilakukan angkot.

dalam konteks yang lebih besar, banyak sekali fungsi-fungsi alat yang diciptakan untuk memudahkan kita atau menjamin keamanan, tidak digunakan. misalnya handphone canggih 3G, wi-fi, dan lainnya, paling pol dipakai hanya untuk SMS dan bertelepon.

ini juga barangkali yang membuat kecelakan moda transportasi sering terjadi karena beberapa fungsi tidak diteliti kelaikan dan tidak pula digunakan.

kecelakaan-kecelakaan itu adalah sebenarnya juga tanda bagi indonesia, bagi cara hidup kita. tanda-tanda zaman tersebut sejak reformasi 1998, direspon indonesia dengan sangat rasional, menyelesaikan masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi. hasilnya, rakyat masih merasakan kesusahan.

masalah masih ada, rasa tidak nyaman dan aman masih berlanjut. mungkin ada baiknya kita mencoba cara non-scientific, yang dulu sering digunakan oleh nenek moyang kita, menanggapi tanda zaman tadi, dengan harapan dapat menyelesaikan masalah.

dibilang klenik, sabodo amat... bilang saja kalau ini adalah local wisdom. karena cara logis sudah tak mempan lagi.