15 April 2004

Ketidakjelasan yang sangat jelas

Aduh, rasanya sudah lama sekali tak menulis. Memang sebenarnya juga tak ada ide yang pantas untuk ditulis. Habis, saya sejujurnya agak kecewa dan patah arang dengan hasil pemilu kemarin. Saya memang terkejut dengan komposisi hasil perolehan suara, tetapi itu bukan masalahnya. Yang saya tunggu adalah hasil itu cepat selesai dan segera diumumkan, supaya kita tak tertunda dalam mempersiapkan apa yang sepantasnya disiapkan.

Pada hari pertama seusai pemilu, jadi tanggal 6 april, saya masih maklum dengan perolehan suara yang masih seribu dua ribu. Namun pada hari-hari berikutnya, penambahan suara seperti dicicil. Waktu itu saya menduga, paling lama seminggu seluruh suara dapat dihitung. Dan sekarang, tanggal 15 april, belum ada 100 juta suara. Jadi masih ada kurang lebih 40-an juta suara yang belum terhitung. Itu sudah 10 hari.

Memang rada kacau perhitungan suara ini. Kecurangan yang biasa terjadi semasa Orba, dilakukan. Dan panwaslu serta orang-orang yang berkepentingan atas itu juga lalai. Sementara, KPU sebagai panitia pemilu juga kelihatan gagap dengan segala hal. Dalam perundangan, dalam percetakan, dalam pengiriman logistik, dalam perhitungan suara, mungkin juga nanti dalam pengaturan pemiliha presiden. Tapi, ya sudahlah... sebenarnya itu tak ada sangkut pautnya secara langsung dengan kehidupan sehari-hari saya, cuma ini menyebalkan saja... Keseluruhan proses ini makin membuat saya yakin bahwa tak ada satu pun orang Indonesia dapat dipercaya memimpin, tak peduli siapa dia!

Nah, terkait dengan pemimpin, sekarang juga sedang berlangsung, kata koran, lobi tingkat tinggi. Wah, para calon pemimpin itu sepertinya tak kapok juga dan tak menyadari jika rakyat itu bisa menghukum. Perolehan suara PDIP menurun adalah hukuman, juga perolehan suara PAN. Sebaliknya, suara banyak untuk Demokrat dan PK Sejahtera adalah hadiah.

Apa yang para elit lakukan sebenarnya sah saja, setidaknya begitulah ungkapan lisan tiap orang. Tapi dalam hati, seharusnya apa yang seharusnya tidak dilakukan ya jangan dilakukan. Elit itu harusnya tak bermain dengan daerah "abu-abu". Rakyat sudah lelah. Rakyat inginnya yang jelas saja. Sebut saja: saya ingin jadi pemimpin karena ini dan itu dan saya berdedikasi tinggi bagi rakyat semua, karena itu saya tak mau bergabung dengan parpol ini atau itu sebab hal itu akan menganggu keinginan saya memihak rakyat!

Tapi tak ada tuh yang begitu. Mereka masih khawatir dengan jumlah suara yang mereka peroleh. Meski suara itu berpengaruh untuk mencalonkan nama capres dan wapres tetapi itu tak berpengaruh terhadap bagaimana rakyat memilih orang.

Rakyat hanya akan memilih orang yang "kelihatannya" dan "kedengarannya" atau "rasa-rasanya" ada di pihak mereka. Jika mereka melihat dan mendengar X membela mereka, rakyat akan merasa pantas saja memilih X untuk menjadi pemimpinnya. Begitu sederhana.

Tetapi, para elit memang punya kepentingan lain. Jadi... biar saja mereka sekali lagi dihukum oleh rakyat.

Dan ternyata, bagi orang-orang seperti saya yang tidak terdaftar jadi pemilih, dapat mendaftar untuk ikut memilih presiden. Jadi, saya agak senang dan mau memanfaatkan hak pilih saya itu. Setidaknya itu adalah keinginan saya saat ini.
Entah besok......

No comments: