08 March 2004

Pemusik Sebagai Penghibur

Saya sering jengkel saat melihat pertunjukan musik hidup (memang ada musik mati?), terutama artis-artis yang sudah punya nama. Pasalnya, mereka tak bisa tampil sebaik kaset rekamannya. Mereka seringkali bersuara jelek. Kalaupun mereka bisa, mereka tak melakukannya. Mereka lebih senang berimprovisasi. Mungkin dipikirnya dengan melakukan itu, para penggemar mereka akan menganggap mereka lebih hebat. Padahal bukan itu yang terjadi.

Para penggemar menginginkan satu: hiburan. Dalam kasus artis rekaman, mereka ingin mendengar lagu. Lagu apa? Ya, lagu-lagu yang ada di kaset rekaman. Mereka ingin mendengar irama serupa yang ada di kaset. Tentu saja dibumbuhi dengan aksi panggung.

Tetapi sepertinya ada keengganan dari para artis 1untuk menghibur para penggemar mereka. Mereka lebih asyik mengeksloparasi diri mereka sendiri tanpa persetujuan penggemar. Mudahnya, mereka pamer kalau mereka itu bisa yang susah-susah. Jadi kaset adalah pintu masuk ke audiens yang lebih luas, dan setelah laku, mereka berbuat semau-maunya.

Amatlah berbeda dengan penyanyi asing. Red Hot Chilli Peppers menyanyikan seluruh lagunya persis seperti yang direkaman. Mereka menambahinya dengan aksi panggung. Mariah Carey juga. Metallica juga. Bahkan The Beatles juga. Karena mereka tahu mereka harus menghibur. Eksplorasi dilakukan di ruang studio, atau di tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau media massa dan fans.

Kok artis Indonesia tidak begitu? Mereka, layaknya orang Indonesia yang lain, merasa amat jumawa begitu terkenal. Dengan terkenal mereka menjadi berkuasa. Setelah berkuasa ya.. bebas melakukan segala. Tak ada jiwa pengabdian. Tak ada semangat menghibur. Semuanya adalah tentang aku!
Kok tulisan ini kedengarannya lebih cocok dengan kondisi para politisi kita ya? Mereka berjanji-janji manis, seperti artis merekam. Ketika janji manis itu dibeli oleh para pemilih, mereka mangkir. Duh..

Singkatnya, orang Indonesia memang adatnya begitu-itu!


No comments: