12 February 2004

setitik susu di sebelanga nila

listrik pln rumahku sudah tersambung kembali, ternyata pln tak seburuk yang kukira. tetapi begitulah lazimnya kebanyakan orang menilai kinerja perusahaan negara.

kita beranggapan bahwa perusahaan negara itu ndak sehat karena diurusi dengan sangat buruk dan dikorupsi oleh pegawainya sendiri. ini tak datang seketika, sebab bukti-bukti yang ada memastikan bahwa kebanyakan perusahaan negara memang jelek. walhasil, tak salah sama sekali apabila masyarakat, termasuk saya, menyamaratakan seluruh perusahaan negara sebagai perusahaan buruk.

adakah perusahaan negara yang benar-benar bagus? tak ada. kalau yang lumayan bagus ada, tetapi tak ada orang yang dengan rela dan ikhlas mengatakan ada satu perusahaan negara yang bagus. karena citra buruknya yang sudah demikian mapannya, amat sulit bagi perusahaan negara untuk memulihkan hal-hal baik yang dimilikinya.

ada pepatah, "karena nila setitik rusak susu sebelanga". maknanya kurang lebih karena hal buruk yang sedikit saja, seluruh rekor baik yang dimiliki seseorang dapat rusak. dalam kaitannya dengan perusahaan negara, sepertinya pepatahnya harus diubah menjadi "tak ada artinya susu setitik di nila sebelanga". maksudnya, mungkin ada orang baik dan jujur, berkomitmen sungguh-sungguh bekerja di perusahaan negara demi kesejahteraan rakyat, tapi karena jumlahnya sedikit - seperti setitik susu - ya tak ada artinya karena ia bekerja di tengah-tengah orang-orang egois dan tak peduli orang lain - nila sebelanga. analogi serupa dapat diterapkan di lembaga kepolisian.

kapolri atau pejabat tinggi polisi negara pernah bilang bahwa masih ada anggota baik di tubuh polri, tapi ya itu tadi, yang sedikit itu ada di dalam sebelanga nila, jadi tak ada artinya. di departemen kehakiman, juga ada begitu. masih banyak hakim yang menolak dipindah ke tempat "basah", misalnya seperti pengadilan negeri jakarta selatan karena takut dibanjiri oleh iming-iming hadiah, dll, dsb. sebagai gantinya mereka bertahan di daerah terpencil yang kering hingga masa pensiunannya. tapi sekali lagi, mereka layaknya setitik susu di sebelanga nila. pepatah ini sepertinya dapat diterapkan di seluruh jajaran lembaga-lembaga negara.

jadi bisakah kita berharap suatu saat akan berubah menuju kebaikan? secara teori bisa. praktiknya, bisa juga. asal ada orang kejam yang baik hati!

No comments: