16 February 2004

Masalah dan masalah lagi

Sebagai orang biasa-biasa saja, masalah seperti tak henti-hentinya datang. Setelah SIM hilang, PLN dicabut. Dan sekarang, saya harus cari rumah. Padahal, tak adalah biaya untuk itu.

Bukan berarti saya berkeluh kesah. Hanya saja, banyak sekali masalah yang datang bukan dari kita sendiri. Beberapa bulan ini, ada saja masalah. Ada penyakit sapi gila yang membuat kita khawatir makan daging. Yang sekarang sedang ramai adalah flu burung yang memaksa kita menghindari makan ayam. Beberapa minggu yang lalu, el-pi-ji menghilang dari pasaran, katanya akibat kerusakan pemasok. Bagi masyarakat yang lebih susah lagi, minyak tanah juga sulit didapat di pasaran. Belum lagi, ada rencana kenaikan tarif telepon. Dan saya pikir masih banyak lagi. Pendeknya, semua persoalan itu datang dari luar.

Luar - hingga saat ini - dikelola oleh negara. Dilihat dari sudut pandang ini, negara sepertinya tidak mampu mengurus dengan baik. Negara yang dikelola oleh pemerintah seolah-olah tak pernah memiliki penyelesaian yang tidak menjadi persoalan lain. Meminjam motto Perum Pegadaian, "Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah" maka pemerintah kita selalu "Menyelesaikan Masalah Dengan Menciptakan Masalah Lain". Sebuah pengalih-perhatian. Jadi tak pernah ada satupun masalah di Indonesia yang secara menyeluruh teratasi.

Dan paling buruk dari semuanya adalah media massa. Para pengasuh media massa mengaku sebagai lembaga yang berperan bagi kemaslahatan masyarakat. Akan tetapi media saat ini cenderung mengombang-ambingkan masyarakat. Belum lagi kasus korupsi ini selesai, pasar tanah abang terbakar. Pengangguran banyak, Akbar Tanjung lepas. Hantu pondok indah hilang, kolor ijo muncul. Dari sini dapat dilihat, media juga tak berperan membantu rakyat aktif menyelesaikan masalah yang diciptakan negara. Kebanyakan mereka masih bersaing untuk mempertahankan bisnis mereka. Sudikah mereka berkorban demi rakyat, wah.... tak mungkin lah. Mereka kan juga dikelola manusia Indonesia yang masih lapar juga. Jadi, mereka sebenarnya juga punya masalah.

Jadi kembali ke pokok persoalan di awal, bisa selesai nggak masalah saya ini? "Bisa, asal usaha!", kata orang-orang bijak. "Putus urat malu yang lo punya, lo bakal dapat uang banyak!" kata para calon selebritis. "Nggak usah jujur-jujur amat, enggak kebagian," kata seorang pegawai negera yang berpengalaman. Nasehat-nasehat tadi dapat disimpulkan: "Elu-elu, gua-gua" - "Urusan lain, belakangan". Nekad dengan percaya diri!

Memang susah jadi orang biasa-biasa saja!

No comments: