27 February 2004

Jalan Berliku dan Jalan Lurus (2)

Terlepas dari itu, mungkin ada baiknya meneliti sejarah kuda sebagai kendaraan di Indonesia. Di Kelantan, Malaysia ada seseorang yang begitu mencintai kuda sampai ia membuat web-page mengenai sejarah kuda di wilayah itu.

Kembali ke pokok persoalan, mungkin karena alam juga mengapa orang Indonesia berpikir agak berkelok-kelok. Orang Indonesia, khususnya Jawa, amatlah sulit mengatakan secara langsung apa yang sebenarnya ia inginkan. Ia akan memulai dari percakapan sederhana hingga ke penggunaan metafora bagi kepentingannya. Orang Jawa mengharapkan lawan bicara mereka mengerti apa yang mereka maksud dari metafora tadi. Istilah mudahnya, "tahu-sama-tahu". Mungkin di suku-suku lain juga begitu. Ini nampak dari, misalnya, rumit dan bertele-telenya adat perkawinan yang asli, bukan yang telah dimodifikasi.

Karakter ini juga yang sepertinya mewarnai corak kehidupan bernegara. Terlalu berliku, seringkali tak tentu arah.

Yang diperlukan adalah orang yang menempuh jalan lurus - bukan berarti orang dengan pendidikan Amerika Serikat - untuk menguntai kekusutan persoalan di Indonesia. Orang yang lurus sepanjang hidupnya, dalam beragama dan berkehidupan sosial.

Pertanyaannya: adakah dia di sini?

No comments: