24 August 2004

Bela Diri

Sewaktu SMP saya ditawari untuk ikut pelajaran bela diri. Dari silat, karate, teakwondo, semuanya saya tolak. Saya pikir waktu itu belum tentu pelajaran itu berguna apabila kita menghadapi, misalnya, tawuran sekolah. Saya bilang kepada teman-teman saya, bila keadaan memaksa seseorang membela diri, tak ada orang yang akan ingat teknik berkelahi yang benar. Pokoknya asal hantam saja.

Alasan lain yang tak saya katakan pada mereka adalah saya takut berkelahi. Buat saya adu fisik itu benar-benar tak masuk akal. Lha wong kita punya mulut dan akal, masak iya tak bisa membuat yang bertentangan jadi rukun. Lain hal juga adalah kenyataan bahwa mereka yang sudah memiliki teknik bela diri, cenderung berkeinginan mempraktekan itu. Lain kata, dia akan cari masalah dengan orang dan sesudahnya dia dapat mempraktekan keahliannya itu.

Dan itu benar. Orang yang punya ilmu bela diri pasti akan lebih petantang-petenteng. Dia akan bergaya sok jago. Memang ada yang dengan bijak bertingkah laku seperti orang biasa, tetapi tindak tanduk itu akan ia tampakkan bila sudah berusia banyak. Bagi mereka yang baru memperoleh ilmu bela diri, dapat dipastikan bahwa orang tadi akan bergaya berlebihan.

Mau bukti. Parto anggota kelompok pembanyol Patrio, baru-baru ini menembakkan pistolnya ke langit-langit Planet Hollywood karena jengkel dikerumuni para wartawan. Ia mengaku bahwa dia baru dua bulan memiliki izin kepemilikan pistol dan karena baru, ia gagah-gagahan. Pasti akan lain kejadiannya jika ia tak punya pistol itu kan?


No comments: