23 March 2004

Tips Memilih Presiden

Saya kenal sebuah keluarga yang unik. Mereka terdiri dari enam orang: Bapak, Ibu, dua anak laki dan dua anak perempuan. Keunikan mereka terletak pada cara mereka memandang dunia. Misalnya, waktu ada wabah tikus menyerang tanah pertanian yang siap panen di Lampung, mereka menganjurkan untuk mengirim manusia sebanyak-banyaknya untuk mengatasi keadaan. "Kenapa?" saya bertanya. Sebab, manusia itu pemakan segala; jadi biar tikus-tikus yang menyerang padi, dimakan manusia, pasti habis. Saya selalu ingat nasehat mereka ketika ada wabah apapun melanda pertanian kita. Entah itu wabah belalang, atau serangga apa pun.

Kadang-kadang saya berpikir mereka itu saman, yakni cara pandang sebuah masyarakat di Jawa Tengah bagian utara (mungkin Blora). Ada sebuah cerita. Waktu itu jaman Soeharto. Apabila kita bertanya siapa presiden Indoensia, orang saman akan bilang Soekarno. "Bukannya Soeharto?" Mereka akan menjawab, "Soeharto kan gantinya."

Saya sudah lama tak jumpa mereka. Mereka tinggal jauh dari tempat saya. Pada satu kesempatan libur panjang, saya berkujung. Saat itu, hanya ada Bapak, Ibu, satu anak perempuan dan satu anak laki-laki.

Setelah berbincang ngalor-ngidul, akhirnya kita ngomongin juga masalah Pemilu. Tentang bagaimana mencoblosnya. Partai mana yang lebih baik. Dan seterusnya. Waktu kita bicara tentang siapa presiden yang akan dipilih, mereka menunjukkan watak aslinya. Si anak laki-laki berkata akan memilih Yusril Ihza Mahendra karena ia gagah. Si anak perempuan bilang akan memilih Susilo Bambang Yudoyono karena SBY lebih gagah dari Yusril, dan lebih berwibawa. Si Ibu bilang ia akan pilih Surya Paloh sebab tak ada satupun calon presiden yang brewok.

Duh, waktu saya dengar alasan mereka memilih saya jadi ingat teman saya yang pada pemilu 1999 tidak akan pernah memilih Gus Dur karena Gus Dur tak fotogenik sama sekali.

Sementara si Bapak bilang akan memilih Megawati. Kenapa? "Kasihan, masa mau jadi presiden lagi ndak boleh? Wong Soeharto saja sampai 32 tahun, koq," jawabnya santai.

Mendengar alasan mereka memilih, saya jadi ingin ikut pemilu deh..

No comments: