19 March 2004

Sujiwo Tedjo's Klenikism

Pagi ini, Jum'at, 19 Maret 2004, saya mendengarkan dialog di Delta FM yang menghadirkan Sujiwo Tedjo. Pada intronya, si penyiar menyebut aktivitas Tedjo yang paling anyar adalah novelis dan pembawa acara klenik di TV, setelah sebelumnya menekuni alat-alat musik barat, khususnya saxophone, pemain film, dalang, wartawan dan penyiar radio dari masa sekolahnya di ITB, di Teknik Industri dan satu lagi - duanya drop-out.

Dalam dialog, ada beberapa SMS dan telepon yang masuk. Ada SMS yang memarahi Tedjo karena dalam mendalang ia menyalahi pakem pendalangan. Tedjo berargumen bahwa justru pakem yang sekarang sering dipakai adalah salah sebab pakem yang sekarang diadaptasi dari versi India pada masa orang Jawa dijajah Belanda. Jadi yang menjiwai adalah semangat orang yang kalah. Tedjo menutup dengan minta maaf bagi yang tidak berkenan, tapi dia akan melanjutkan caranya mendalang.

SMS lain menanyakan adakah sekolah dalang. Tedjo menjawab ada, tetapi kebanyakan murid sekolah itu berakhir menjadi peneliti atau dosen perdalangan. Sangat jarang yang jadi dalang. Sebab, katanya, percaya atau tidak, dalang adalah profesi turun temurun, seperti jabatan Presiden Indonesia. He..he..

Ada beberapa SMS lain dan penelepon masuk yang saya tidak ingat betul bertanya apa. Yang menarik perhatian saya adalah tentang klenik. Tedjo diprotes karena ia membawakan acara hantu-hantuan. Dia menjawab bahwa dia dengan sengaja membawakan acara itu dengan alasan bahwa acara-acara hantu-hantuan - yang dalam istilahnya klenik - ternyata lebih rasional ketimbang dunia nyata di Indonesia, khususnya politik. Dia merujuk, Akbar Tanjung kok bisa bebas? Ini tak logis. Atau dengan kata lain: ini klenik!

Dan saya pikir banyak yang tak masuk akal di sekeliling kita ini. Pegawai negeri atau anggota TNI/Polri dengan gaji sedemikian kecil dapat hidup dengan berkecukupan, bahkan mewah. Ada orang yang tak bekerja, punya uang banyak. Sebaliknya, yang jujur dan bekerja keras, hidup dalam keterbatasan. Ini klenik.

Dalam usahanya untuk membuktikan bahwa dunia politik Indonesia memang klenik, Tedjo sedang menyiapkan film tentang Sumanto. Ya! Si kanibal itu. Dia akan memerankan jadi guru Sumanto, yang katanya memberi petunjuk kanibalismenya si Sumanto. Saya tak menangkap hubungannya. Hanya saya senang saja waktu dia bilang ada yang lebih klenik dari dunia klenik sendiri.

Dan kita memang begitu kan ya?




No comments: